Buaya kecil yang baik hati
Di sebuah sudut sungai yang membelah hutan tropis, hiduplah seekor buaya kecil bernama Bimo. Tubuhnya belum sebesar buaya-buaya lain di sungai itu, tetapi hatinya sangat besar. Berbeda dengan buaya lain yang suka berburu dan bersikap galak, Bimo lebih suka bermain-main dan membantu hewan-hewan di sekitarnya.
Sejak kecil, Bimo sudah menunjukkan sifatnya yang berbeda. Ketika saudara-saudaranya asyik berlatih menangkap ikan, Bimo malah sibuk memperhatikan kupu-kupu atau mengajak burung-burung kecil berbicara. Hal ini sering membuat ibunya khawatir. "Bimo, kamu ini buaya. Kamu harus belajar bertahan hidup," kata ibunya suatu hari. Namun, Bimo hanya tersenyum. "Aku tahu, Bu. Tapi aku juga ingin berteman dengan semua makhluk di sini."
Petualangan di Hutan
Suatu pagi, Bimo sedang berenang di tepi sungai ketika dia mendengar suara gemerisik dari semak-semak. Dengan penasaran, dia mendekat dan menemukan seekor tikus kecil yang tampak ketakutan. "Hei, ada apa?" tanya Bimo dengan lembut. Tikus itu gemetar dan menjawab, "Aku dikejar elang! Aku tidak tahu harus lari ke mana."
Tanpa berpikir panjang, Bimo berkata, "Ayo naik ke punggungku. Aku akan membawamu ke tempat yang aman." Tikus itu ragu-ragu, tetapi akhirnya melompat ke punggung Bimo. Dengan hati-hati, Bimo berenang menuju sebuah gua kecil di tepi sungai yang cukup aman dari pandangan elang. Tikus itu berterima kasih dengan mata berkaca-kaca. "Kamu buaya yang baik, Bimo. Aku akan selalu mengingat kebaikanmu."
Dilema dengan Buaya Besar
Namun, tidak semua penghuni sungai menyukai sikap Bimo. Buaya-buaya besar sering mengejeknya. "Apa gunanya menjadi buaya jika kamu tidak menakutkan?" tanya salah satu buaya tua dengan nada mencemooh. "Kamu lebih cocok menjadi kura-kura daripada buaya!"
Meski diejek, Bimo tidak pernah marah. "Aku tidak perlu menakutkan untuk menjadi buaya. Aku hanya ingin membantu siapa pun yang membutuhkan," jawabnya dengan tenang. Jawaban ini membuat buaya-buaya lain terkadang bingung, tetapi mereka tidak lagi memperhatikan Bimo.
Bencana di Sungai
Suatu hari, hujan deras turun tanpa henti selama berhari-hari. Sungai yang biasanya tenang berubah menjadi arus deras yang membawa lumpur dan kayu-kayu besar. Banyak hewan yang terjebak, kehilangan tempat tinggal, dan tidak tahu harus berbuat apa. Bimo, meskipun kecil, tidak tinggal diam.
Dia pertama-tama membantu kawanan ikan kecil yang terbawa arus. Dengan cerdik, dia menggiring mereka ke celah-celah batu besar yang aman. Setelah itu, dia melihat anak-anak monyet yang terjebak di pohon tumbang. “Naik ke punggungku! Aku akan membawa kalian ke tempat yang lebih tinggi,” kata Bimo. Meski takut pada awalnya, monyet-monyet itu akhirnya menurut.
Di tengah perjuangannya, Bimo melihat sesuatu yang mengejutkan. Seekor buaya besar yang sering mengejeknya kini terjebak di antara akar-akar pohon yang terbawa arus. Buaya itu terlihat panik, tidak mampu melepaskan diri. Tanpa ragu, Bimo mendekat. “Pegangan, aku akan menarikmu keluar!” teriaknya. Dengan seluruh kekuatannya, Bimo menggigit akar-akar itu dan menarik buaya besar hingga bebas.
Buaya besar itu tertegun. “Mengapa kamu menolongku? Aku sering mengejekmu,” katanya dengan suara rendah. Bimo tersenyum kecil. “Karena kamu membutuhkanku. Tidak peduli apa yang terjadi sebelumnya, aku tidak bisa membiarkanmu dalam bahaya.”
Penghormatan Baru
Setelah bencana berakhir, suasana di sungai berubah. Semua hewan, dari yang kecil hingga yang besar, mulai menghormati Bimo. Mereka menyadari bahwa kekuatan bukanlah segalanya. Kebaikan hati yang dimiliki Bimo telah menyelamatkan banyak nyawa, termasuk buaya besar yang dulu menghinanya.
Kini, Bimo tidak lagi dipandang sebelah mata. Dia menjadi simbol persahabatan di sungai itu. Setiap pagi, hewan-hewan datang ke tepi sungai, tidak hanya untuk meminta bantuan, tetapi juga untuk berbagi cerita dan kebahagiaan. Bahkan buaya-buaya besar yang dulu dingin mulai mengubah sikap mereka, mengikuti teladan Bimo.
Bimo pun hidup bahagia, dikelilingi oleh teman-teman yang mencintai dan menghormatinya. Di hutan itu, dia dikenal bukan sebagai buaya biasa, tetapi sebagai "Bimo si Buaya Baik Hati" yang mengajarkan bahwa kebaikan dapat mengalahkan segalanya.
Comments
Post a Comment